Trending.co.id, Kaltim – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Kalimantan Timur mengalami inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,79 persen pada Agustus 2025, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 108,54. Angka ini dipengaruhi kenaikan harga di sebagian besar kelompok pengeluaran masyarakat.
Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, menyampaikan bahwa kenaikan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,15 persen. Disusul kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan lonjakan 8,04 persen, kelompok pendidikan 2,49 persen, kelompok penyediaan makanan/minuman atau restoran 2,24 persen, kelompok kesehatan 1,93 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 1,43 persen.
Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga tercatat naik tipis sebesar 0,36 persen. Menurut Yusniar, kontribusi kelompok ini cukup signifikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari.
Sebaliknya, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami penurunan indeks. Kelompok transportasi turun 2,68 persen, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga turun 0,87 persen, pakaian dan alas kaki turun 0,74 persen, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang menurun 0,28 persen.
Jika dilihat berdasarkan wilayah cakupan IHK, seluruh empat kabupaten/kota di Kaltim tercatat mengalami inflasi y-on-y. Penajam Paser Utara menjadi daerah dengan inflasi tertinggi yakni 2,99 persen dengan IHK 108,91. Disusul Samarinda 2,02 persen, Berau 1,87 persen, dan terendah di Balikpapan sebesar 1,31 persen.
Selain itu, BPS juga mencatat adanya deflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,40 persen pada Agustus 2025, sementara inflasi year to date (y-to-d) tercatat 1,51 persen. Angka ini menunjukkan dinamika harga barang kebutuhan pokok di Kaltim masih dalam kondisi terkendali meski terdapat perbedaan signifikan antar daerah.
“Perkembangan inflasi ini menjadi indikator penting dalam menilai stabilitas harga. Meski relatif terkendali, kita tetap perlu mencermati sektor pangan dan jasa yang memiliki kontribusi terbesar terhadap inflasi,” ujar Yusniar.[ADV/DISKOMINFO KALTIM]
Discussion about this post